Hanya
biarkan aku berusaha menulis apa yang aku tahu tentangmu. Karena setelah itu
bisa jadi aku tak akan pernah ada lagi di hidupmu. Pertanyaan demi pertanyaan
selalu berputar di otakku. Jika Tuhan
mengizinkanku untuk mencintaimu apakah Dia juga mengizinkanku untuk memilikimu.
Mungkin
aku terlalu hina di mata manusia, sehingga para malaikat yang berdoa tak akan
pernah mau menyampaikannya kepada Tuhan. Aku berubah, dan semakin berubah di
setiap detik dimana kamu tak lagi menatapku, tak lagi memelukku atau tak lagi
sempat mencium keningku.
Segalanya
berubah, aku bukan lagi bocah yang akan slalu menelan setiap ucapanmu. Aku
telah tumbuh dan selalu belajar berfikir dewasa, bahwa kamu hanya makhluk egois
yang seharusnya tak akan pernah aku puja. Apalagi di atas nama cinta.
\\
Aku kehilangan banyak nama, entah mengapa suatu bahagia yang lebih dari tawa saat aku malah kehilangan namamu yang ada. Aku membencimu, mungkin itu alasannya. Alasan sederhana dimana aku lebih suka untuk diam, dan menikmati hari-hariku tanpa siapapun. Beberapa tahun yang lalu itu hanyalah sekedar memori lama. Dimana aku sudah tak pernah membutuhkannya lagi hanya demi cerita sampah. Cerita yang membuatku muak, bahkan ingin memuntahkannya. Bercampur dengan darah, bakteri, dan kuman-kuman di dalamnya.
Aku kehilangan banyak nama, entah mengapa suatu bahagia yang lebih dari tawa saat aku malah kehilangan namamu yang ada. Aku membencimu, mungkin itu alasannya. Alasan sederhana dimana aku lebih suka untuk diam, dan menikmati hari-hariku tanpa siapapun. Beberapa tahun yang lalu itu hanyalah sekedar memori lama. Dimana aku sudah tak pernah membutuhkannya lagi hanya demi cerita sampah. Cerita yang membuatku muak, bahkan ingin memuntahkannya. Bercampur dengan darah, bakteri, dan kuman-kuman di dalamnya.
Aku akan
melewati masa indah, tanpa pernah ada lagi dongeng yang berakhir bahagia. Ini
hidup dan bukan hanya sekedar ada tokoh peri kecil di dalamnya. Ini hidup dan bukan hanya ada sayap-sayap yang
membantumu menerbangkan ceritanya. Ini hidup dan tak akan ada hanya seonggok
tawa dan permainan yang menyenangkan di dalam setiap kisahnya.
Hanya biarkan derik waktu yang berjalan, menerbangkan
tawa-tawa para dewa. Dengan setiap
ke-egoisan cerita pelakunya. Dimana akhirnya sang dewa saling menyembah manusia.
Manusia yang tiba-tiba bersayap, lalu membual janji dengan raganya. Manusia
yang membual cinta lalu menjual setiap harga dirinya.
Aku terkesima dengan setiap
melodi-melodi nirwana. Dimana akhirnya aku lebih suka untuk membunuh alunan
nyanyiannya. Dalam debu kecil yang tak akan pernah kau lihat, atau kau sadari,
lalu perlahan berubah menjadi sesuatu yang berbeda di setiap nama-nama bintang.
Aku menyebutnya tari surga dimana hanya akan ada Tuhan dan cinta Adam untuk
Hawa yang tak akan pernah saling membunuh satu sama lain nantinya.
Cinta yang indah yang menjadi cikal
bakal adanya manusia, tetapi lucunya setiap manusia malah saling
mengkhianatinya, Haruskah aku tertawa saat aku menyadari bahwa kamu juga
menjadi salah satu pelakunya. Dimana atas nama sayang kita saling memuja, atas
nama sayang kita saling menjaga, atas nama sayang kita bersama, dan atas nama
sayang ke-egoisan kita bertambah. Harusnya jangan pernah biarkan setan di
dalammu menyentuhku dalam nama Tuhan atau nama kitab-kitab agama yang tertulis.
Seharusnya pula kamu tak perlu mengungkapkan semuanya dalam pesan yang setiap
hari aku baca, Dimulai dengan kata cinta seperti malaikat lalu berganti dengan
pesan yang berisi ajakan setan seperti
milik Lucifer.
Haruskah aku yang memahamimu atau kamu
yang seharusnya memahamiku. Karena aku sudah gerah dengan sikapmu. Percayalah
pada Tuhan, dan aku akan menyembahmu, agar kau tahu bahwa cerita kita selama
ini hanya sampah dan penuh dengan sisa-sisa busuknya belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar