Apa
yang harus kukatakan padamu, saat aku melihatmu bahagia?
Di
satu sisi aku ikut bahagia, karena kamu malaikatku.
Tetapi
tahukah kamu, ada bagian lain di dalam sini yang malah tersayat,
apalagi saat melihat kamu lebih bahagia saat bersamanya.
Tetapi
menurutku, itu bukan salahmu tetapi seutuhnya salahku.
Aku
sendiri tahu, bahwa kamu masih menjagaku dan tak ingin sedikitpun
melukaiku.
Dan
kita bisa apa? Waktu terus berjalan dan cerita hidup harus terus
berputar.
Kamu
hanya melakukan apa yang menurutmu terbaik untukmu, untuk hidupmu dan
untuk kisahmu. Kamu hanya mencari apa yang orang sebut bahagia, dan
tak ada yang salah dari hal itu.
Sama
denganku, dan untukku mungkin tidak sekarang, tetapi nantinya. Karena
saat ini aku masih harus belajar berfikir dewasa bahwa suatu
keputusan membutuhkan pemikiran.
Entah
mengapa aku lebih suka untuk memutuskan bertahan, apapun yang terjadi
nantnya selama aku masih mengenalmu, selama aku masih merasakan
nafasmu, selama aku masih suka melihatmu tertawa dibanding terluka.
Mungkin
aku yang bodoh, atau memang sisi lainku yang rapuh. Harusnya aku
lebih bisa memahami kamu, dan lebih bisa mencerna kata-katamu.
Bukannya malah menelan semuanya seperti dulu saat aku masih bocah.
Atau
mungkin dunia kita yang memang berbeda, sehingga aku harus
membutuhkan waktu yang lama dan harus menyaksikan sendiri realita
yang menurutku masih belum seratus persen nyata.
Tuhan,
biarkan aku
menyadari bahwa saat ini hanya Kau lah satu-satunya yang peduli
padaku. Buat aku lebih membuka mataku tentang sebuah cerita yang
pernah aku miliki seutuhnya tanpa pernah ada luka. Tetapi mungkin itu
berarti seandainya aku bisa.
Pahamkah
kamu
bagian mana yang membuatku semakin suka menyidiri tanpa suara dan
tawa. Aku sadar kamu diluar sana, aku sadar kamu bahagia, aku sadar
kamu mempunyai sebuah cerita yang membuatmu tertawa. Mungkin aku bisa
menyentuhmu tanpa seutuhnya sadar bahwa itu bukan kamu.
Sakit
memang, tetapi entah kenapa aku lebih menikmati sakitnya. Karena
mungkin memilih meninggalkanmu membuatku lebih sakit dari yang
semestinya. Dan kamu tidak mengambil keputusan apapun dalam hal ini
karena aku tahu kamu juga mengalami hal yang sama.
Seandainya
semuanya benar-benar selesai sekarang. Lalu kita memutuskan untuk
mengikuti takdir Tuhan yang berjalan. Bolehkah aku akhirnya bertanya,
siapa yang seharusnya merasa kehilangan? Aku atau Kamu?
Hanya
biarkan waktu berlalu dan aku akan memulai sebuah hidup yang baru.
Benar-benar yang baru. Bisa jadi hidup itu benar-benar tanpamu dan
dengan dia aku menghapusmu.
Alasan
sederhana, agar aku bisa tetap mencintai orang yang berdiri di
sampingku nantinya, meskipun saat itu aku bertemu kamu. Lagipula,
jauh di dalam sini aku masih menyayangimu. Sehingga aku tak mau
melihatmu terluka hanya karena cerita lama.
Cerita
yang cukup hanya aku dan kamu yang menyadarinya, bagaimana sebenarnya
kita tanpa perlu kita ketahui satu sama lain. Karena kita hanya
sebatas saling berbisik pada diri kita tanpa pernah mengatakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar